Pada tahun ini, Kota Jakarta genap berusia 497 tahun. Usia yang cukup tua sebagai kota pesisir yang memiliki nilai historis yang sangat panjang. Pada kesempatan kali ini #Ngojak41 mengadakan kegiatan untuk mengungkap wilayah pesisir Jakarta, yaitu Penjaringan. Wilayah yang secara toponimi bermakna sebagai tempat tinggal dan tempat aktivitas nelayan dalam mencari ikan.
Menara Syahbandar
Kami berkumpul di sebuah menara yang telah berdiri sejak tahun 1839 untuk memulai #Ngojak41. Pada masa lampau menara ini berfungsi sebagai menara pengawas (Oud Uitkijkpost) bagi kapal-kapal yang memasuki kanal Batavia sekaligus sebagai kantor kepabeanan untuk mengumpulkan pajak atas pembongkaran barang di Sunda Kelapa.1 Seiring perkembangan zaman menara ini mengalami kemiringan 2.5 derajat akibat lalu lalang kendaraan berat sehingga menambah beban getar pada menara yang menyebabkan menara miring ke arah selatan.

Terdapat tugu survei geodesi sebagai pemetaan koordinat titik nol kilometer Jakarta yang diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin sebagai peringatan 450 tahun Kota Jakarta di kompleks Menara Syahbandar. Selain itu, kami juga melihat batu beraksara Tionghoa yang digunakan sebagai patokan garis meridian yang berfungsi sebagai titik pengukuran peta maupun sebagai patokan waktu Wilayah Indonesia Barat (WIB).
Museum Kebaharian Jakarta
Rombongan #Ngojak41 melanjutkan perjalanan ke Museum Bahari. Pada awalnya bangunan merupakan Gudang Barat VOC (Westzjidsche Paakhuizen) yang dibangun sejak tahun 1717.2 Gudang ini pada masa lampau berfungsi untuk menyimpan rempah-rempah dan komoditas perdagangan lain seperti kopi, teh dan kain tekstil sebelum diangkut ke berbagai pelabuhan di Asia dan Eropa.

Di museum ini rombongan kami melihat berbagai koleksi kebaharian mulai dari jenis perahu tradisional di Indonesia, tradisi pembuatan kapal tradisonal, koleksi kartografi, alat penunjang pelayaran seperti jangkar, teropong, dan kompas hingga tokoh-tokoh yang berkaitan dengan kebaharian baik dari Indonesia maupun mancanegara. Rombongan #Ngojak41 juga mengunjungi bagian Mueseum Bahari yang terbakar pada awal tahun 2018 yang digunakan sebagai ruang pameran komponen museum bisa terselamatkan dari kebakaran.
Kampung Akuarium
Keberadaan pasar sekaligus tempat pelelangan ikan telah dimulai sejak tahun 1846. Seiring perkembangan zaman pasar ini dibangun dengan bentuk heksagon yang pada tiap bangunan dihubungkan dengan bentuk atap pelana memanjang dengan kayu. Pasar Ikan Luar Batang berada di bawah pengelolaan PD Pasar Jaya dan kondisinya saat ini sangat bagus setelah mengalami revitalisasi tahun 2023.3

Kami melanjutkan perjalanan ke sebuah bangunan yang dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bangunan ini pada masa lampau merupakan sebuah laboratorium penelitian fauna laut yang mulai berpoperasi sejak tahun 1905 Visscherij Laboratorium yang kemudian berganti nama menjadi Visscherij Station te Batavia. Selain laboratorium, di sini juga pernah berdiri akuarium air laut yang merupakan akuarium pertama di Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara. Kondisinya saat ini kosong dan terawat, tetapi tidak digunakan lagi sebagai laboratorium sejak dipindahkan ke Ancol sebagai pusat penelitian oseanografi. Selain bangunan bekas laboratorium, di kompleks ini juga terdapat plakat informasi bahwa Bung Karno pernah singgah ke tempat ini saat baru pulang ke Jakarta dari pengasingan di Ende tahun 1938.
Masjid Luar Batang
Perjalanan Ngojak selalu diwarnai dengan nilai-nilai plural. #Ngojak41 kali ini berkunjung ke salah satu masjid tua di kawasan utara Jakarta, yaitu Masjid Luar Batang. Eksistensi Masjid ini tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan makam Habib Husein Abubakar al-Aydarus. Masjid yang didirikan sejak tahun 1739 oleh Habib Husein Abubakar al-Aydrus merupakan masjid pertama dan satu-satunya yang dibangun berdekatan dengan kastil Batavia.

Dalam suatu kesempatan, KH. Abdurrahman Wahid pernah menyebutkan bahwa kekramatan makam Habib Husein Abubakar al-Aydrus menjaga Jakarta dari segala marabahaya sehingga disebut sebagai paku bumi tanah Jakarta. Keberadaan makam ini juga memberikan keberkahan dan manfaat bagi warga sekitar yang tinggal di dekat Masjid Luar Batang. Hal yang menarik dari kompleks Masjid Luat Batang adalah keberadaan makam-makam yang cukup tua dengan keunikan nisan yang tersebar di pemakamam umum Masjid Luar Batang.
Mercusuar Sunda Kelapa
Perjalanan #Ngojak41 berlanjut untuk mengunjungi Mercusuar Sunda Kelapa. Kami akan pergi menggunakan satu perahu berukuran dua perahu berukuran sedang yang akan mengantarkan kami ke sana. Yang kami tidak ketahui adalah ombak laut pada siang hari sangat kencang alhasil kami tidak berhasil mengunjungi Mercusuar Batavia. Sebagai penghibur hati, kedua perahu kami bersandar di Kapal Atia Mulia Indah untuk mengabadikan momen melalui perjalanan.

Kami tetap mengunjungi mercusuar melalui jalan darat menggunakan angkot. Objek yang akan kami kunjungi merupakan sebuah mercusuar yang berdiri sejak tahun 1857. Mercusuar memiliki ketinggian 15 meter dan berfungsi sebagai pemandu bagi kapal-kapal yang akan berlabuh. Mercusuar ini tepat berada di tepi giant sea wall Jakarta yang saat ini berada di bawah tanggung jawab Kementerian Perhubungan. Rombongan #Ngojak41 bergantian masuk ke mercusuar ini untuk menikmati pemandangan Teluk Jakarta dari ketinggian 15 meter.
Akhir kata, perjalanan #Ngojak41 yang bertepatan dengan HUT Jakarta ke-497 merupakan ikhtiar untuk melihat Jakarta dari sisi yang belum diperlihatkan ke publik. Kali ini bagian yang akan dipotret adalah sesuatu yang terlihat dan yang tersembunyi dari pesisir Jakarta. Seperti tagline-nya, membaca Jakarta memaknai peradaban merupakan bentuk usaha yang dilakukan oleh Ngojak dalam menginspirasi setiap masyarakat untuk menjaga warisan budaya yang kita punya.
Sumber rujukan:
- https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/menara-syahbandar-saksi-bisu-keluar-masuknya-kapal-belanda-di-batavia/
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/westzijdsche-pakhuizen-menjadi-museum-bahari/
- https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/19/07522611/riwayat-kampung-akuarium-pernah-jadi-laboratorium-penelitian-fauna-laut