Saya sedang bingung, sedang menghitung-hitung pengeluaran untuk dibelanjakan pakaian. Bukan, ini bukan karena gaya hidup, eh apa bisa dibilang demikian ya? Tapi yang pasti baju-baju yang ingin saya beli ini bukan untuk saya. Ini semua gara-gara sensor TV. Beberapa sensor dilakukan terhadap gambar yang masuk dalam kategori ‘porno’ oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Tujuannya seperti yang sudah sering kita dengar adalah untuk menyelamatkan bangsa agar tidak mudah berpikiran kotor.
Tentunya jika mengacu pada kata porno, dari kamus KBBI artinya 1. Pornografi 2. Cabul, sehingga membuat kita mau tak mau mengetik lagi dua kata ini pada mesin pencari.
por·no·gra·fi n 1 penggambaran tingkah laku secara erotis dng lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; 2 bahan bacaan yg dng sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dl seks
Oke.
ca·bul a keji dan kotor; tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan).
Baik, dimengerti.
Kira-kira gambar seperti apa yang bisa membangkitkan nafsu berahi? Belahan dada? Payudara? Rok mini dengan paha mulus? Bokong? Alat kelamin?
Hal lain pun tidak luput disensor oleh KPI yang tidak dalam kategori ‘pornografi’ atas alasan yang garis besarnya adalah agar tidak menimbulkan KEINGINAN, seperti adegan merokok disensor agar penonton tidak punya keinginan atau bahasa sunda gaulnya ‘kabita’ ngerokok. Menghilangkan adegan membunuh agar penonton tidak ‘kabita’ tiba-tiba suatu malam ngegorok leher tetangganya akibat habis nonton 100 Hundred yang berlatar jaman romawi pada jaman sebelum masehi.
Nah, apa hubungannya sama beli baju? Saat belahan dada perempuan dan paha dianggap ‘porno’ dan ketika ada korban perkosaan disyukuri oleh hakim yang mengadili tersangka perkosaan akibat memakai rok mini dan terlihat belahan dadanya, seakan-akan semua perempuan yang memakai pakaian demikian sah-sah saja untuk diperkosa. Saya pun jadi khawatir sama sapi, takut ikutan jadi korban.
Kenapa?
Tadi pagi saya lihat timeline Facebook, konten acara anak-anak tentang liburan, dimana anak-anak ke peternakan sapi untuk belajar memerah sapi. Saat anak-anak sedang memerah sapi, bagian susu sapi DISENSOR! Jadi payudara sapi ini saya simpulkan oleh KPI termasuk di kategori pornografi bukan kategori ‘kabita’. Aduh karena saya animal lover banget keadaan ini bikin saya khawatir loh, gimana ini kalau besok sapi-sapi ini jadi korban pelecehan macam yang terjadi di film BETINA. Manusia yang bisa bela diri dan berbicara saja dianggap remeh dan disyukuri saat diperkosa, bagaimana sapi yang enggak pakai baju dan gak bisa bicara bahasa manusia? Saya sih gak kuat bayanginnya. Udah ah, semenjak payudara sapi sudah ditetapkan sebagai sesuatu yang bersifat pornografi saya sekarang langsung belanja bahan, biar bisa pakein baju sapi, kambing, lumba-lumba, gorila dan segala mamalia menyusui yang hidup di bumi. Jangan sampe nanti semut ‘alat kelaminnya’ disensor, bisa pusing saya bikin bajunya.
*ditulis setelah beli bahan kulit sapi untuk bikin baju buat sapi.