/

Jakarta Kota Tahi

Umpatan prajurit Mataram ketika mereka diberondong mesiu berisi kotoran manusia oleh pasukan Belanda sepertinya masih layak digunakan sebagai sebuah adagium; Jakarta emang Kota Tahi! Taik!Taek!…

Melihat Yang Terkini Dari Cikini Dengan Kekinian

Beberapa waktu ke belakang, cukup ramai polemik mengenai Landhuis Cimanggis. Rumah peristirahatan abad 18 milik pembesar VOC yang mungkin tinggal tersisa 30-an persen itu ditengarai hendak digusur untuk perluasan kampus sebuah universitas.…

Politik Jawa Jokowi Pasca-Ahok

Setelah Ahok habis, kini Jokowi dan koalisinya ada baiknya segera move on dan beralih ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Ahok kalah. Sosok yang setahun lalu nampak sebagai calon tak terkalahkan ini…

Petani-petani Kendeng dan Kebebasan

Siapa yang Sedang Terpasung?  Aksi Dipasung Semen Jilid 2 dan  pro kontranya, menggelitik saya untuk bertanya, siapa yang (sebenar-benarnya) sedang terpasung? Dan siapa yang (sebenar-benarnya) paling bebas? Semen yang membungkus kaki dan…

/

Kamu Anu, Tapi Anu

Suatu saat ada pertanyaan tentang demokrasi negeri ini –di mana posisinya? Saya bingung bukan kepalang. Saya bukan pengamat, apalagi pengkaji. Setidaknya, saya masih menjaga marwah –yang definisinya kerap salah kaprah– profesi  dan…

//

Gue Bukan Aing

Sebuah masa, seperti halnya sebuah tempat, tentu punya bahasa sendiri.  Kata nyokap dan bokap lahir dari bahasa prokem yang punya kaidah menyisipkan “ok” sambil membuang bagian akhir kata. Prokem sendiri adalah arti…

Menuli(s)

“Lama gak nulis, otak gue bego,” seloroh seorang kawan lewat obrolan daring. Betul ternyata, dua bulan terakhir otak saya nyaris tumpul merangkai kalimat. Alasan klasik tentunya kesibukan pekerjaan yang bertubi-tubi. Tapi nampaknya…