Seberapa besar pengaruh menu sarapan pada harapan dan doa untuk aktivitas pagi hari? Cerita ini adalah secuil harapan ibu kepada seorang anaknya untuk menikmati sepiring nasi goreng dijadikan menu sarapan di pagi hari.
Hari minggu saya memang tidak ada rencana kemana-mana. Saya hanya merebahkan badan di kamar; meluruskan tulang; relaksasi otot sambil melakukan hal-hal kecil; baca buku dan baca status media sosial tentunya. Mata mulai redup saat buku yang saya baca telah sampai menjorok ke tengah. Alunan rintik-rintik air dan bau tanah sisa hujan tadi pagi membawa pada rasa kantuk sisa semalam.
Alih-alih tertidur, mata berbinar seketika saat perempuan paruh baya datang dan sodorkan nasi goreng hangat. Di luar, hujan mulai lagi. Bau tanah sisa hujan semalam hilang terhapus oleh hujan yang baru. Hujan yang intensitas pelan namun konsisten menahan orang-orang kampung beraktivitas.
Ibu datang membangunkan dengan sepiring nasi goreng hangat. Nasi nampak basah dan mengkilat berwarna kuning-kekuning-kuningan. Warna nasi yang tercampur dengan cabai, kecap, bawang merah dan bumbu lainnya. Warna yang umumnya dihasilkan oleh oleh para pembuat nasi goreng. Sedangkan dihadapan saya itu menghasilkan menu nasi goreng khas seorang Ibu.
Sepiring nasi goreng tersedia di hadapan dan menunggu untuk disantap. Menunggu apa lagi? Coba nikmat mana yang saya dustai dari ibu yang baik hati dan pengertian ini? Ibu mengatakan untuk segera sarapan. Nasi goreng di atas piring dengan motif bunga-bunga melingkar di pinggir piring tentunya hangatkan pagi hari.
“Ini nasi goreng buat kamu sarapan?” kata ibu memecah keheningan pagi.
“Perutmu jangan sampai sakit karena telat sarapan,” ujarnya.
“Rawat lambungmu, jangan sampai kayak adikmu dulu,” pungkasnya sambil keluar kamar dan suaranya hilang secara pelan.
Persetan dengan ilmu kimia yang diajarkan di sekolah-sekolah, yang mengatakan bahwa nasi goreng tidak baik disantap pagi hari, di mana nasi goreng mengandung minyak yang mengakibatkan rasa kantuk. Dalam ilmu kimia, nasi adalah karbohidrat, sedangkan telur sebagai tambahan menu lain mengandung protein dan minyak. Campuran minyak pada nasi yang digoreng tak mampu dicerna oleh tubuh, mengakibatkan tubuh menimbun minyak yang sulit dicerna dan kantuk tak terhindar.
Namun bagi seorang Ibu, sepiring nasi goreng mengandung sebuah doa dan harapan. Di mana harapan dan doa yang tak inginkan anaknya sakit Mag atau terkena penyakit lain. Seperti penyakit lambung diderita adik selama 3 bulan satu tahun lalu. Sedangkan masak adalah laku doa dalam praktik seorang Ibu kepada anak dan suami mulai dari bangun tidur selepas sholat Subuh sampai persiapan masak, meracik bumbu dan menyajikan di atas meja adalah dzikir seorang ibu. Dari situ, seorang ibu mendoakan supaya anak-anak dan suaminya tak kelaparan dan terkena penyakit-penyakit lain.
Nasi goreng merupakan makanan favorit lintas kalangan. Mulai dari masyarakat menengah ke bawah hingga masyarakat menengah ke atas menyukai menu makanan satu ini. Mulai dari menu pinggir jalan sampai restoran dan hotel-hotel berbintang menu nasi goreng ada hidangan sarapan pagi.
Jika dilihat dari tekstur kerasnya nasi. Nasi tersebut adalah nasi nasi sisa kemarin. Sebab jika nasi yang baru dinanak teksturnya lembek dan tak enak dinikmati. Dengan nasi sisa kemarin jadilah sepegorengan nasi goreng khas dengan tambahan bumbu, cabai dan bawang merah.
Semakin banyak bumbu dan pedas semakin nikmat citarasanya. Ini soal keberanian menabur bumbu pada panci penggorengan. Semakin pas bumbu semakin pas nikmat pula nasi goreng itu.
Jamak dilakukan saat membuat nasi goreng adalah mengkombinasikan antara nasi dicampur-aduk bawang merah dan bawah putih, kecap dan cabe. Namun seiring berjalannya waktu, nasi goreng mengalami modifikasi atau inovasi dari tangan-tangan terampil pembuatnya. Makin ke sini makin banyak varian dan tambahan bumbu dan lauk khas Nusantara. Untuk mendapatkan rasa yang beda kadang ditambahkan pula telur dadar atau omlete. Selain itu racikan pendukungnya pun kian kaya dan rasanya tidak kalah nikmat dan bercitarasa tinggi. Mulai dari ikan asin, aneka sea food, kambing dendang, petai hingga nenas. Menu-menu yang tersaji memperlihatkan adanya akulturasi pada nasi goreng terhadap kultur kuliner Nusantara, yang meliputi nasi goreng teri medan, nasi goreng bumbu endang nasi goreng Jawa. Untuk hasilkan nasi goreng ala-ala(nan) tambahkan toping lain sebagai perhiasan.
Saya memiliki depot atau warung nasi goreng langganan yang dipadukan dengan masakan chinese, yaitu BarBar Chinese Food atau terkenal dengan depot Blenger. Menu-menu yang disajikan perpaduan dengan menu-menu khas negara Tiongkok. Rasanya lezat dengan 1 porsi jumbo untuk dua atau tiga orang. Jika dirunut dari makanan itu maka nasi goreng sangat erat dengan makanan asal negara Tirai Bambu, Tiongkok.
Sebuah liputan kuliner majalah Historia edisi Nomor 35, Tahun III, 2017 menyebutkan nasi goreng berasal dari kerajaan Hanzi, Tiongkok. Sejak 4000 SM, nasi goreng diperkirakan sudah ada di kerajaan Hanzi. Namun di era Dinasti Sui (589-618 M), di Kota Yangzhou.
Sementara itu nasi goreng juga tertulis dalam karya sastra Indonesia, yang di antaranya dalam kumpulan tulisan Omar Kayam, yang berjudul Mangan ora Mangan Ngumpul. Dalam kumpulan itu ia menuliskan bahwa nasi goreng yang nikmat tak perlu memakai mentega. Sebab mentega menjadikan nasi goreng berasa hambar tak ada rasa. Racikan uniknya justru menggunakan minyak jelantah bekas gorengan telur dan ikan teri yang dikocok menjadi satu. Sambalnya diulek dengan terasi. “Semakin Mbleketek dari dapurnya sendiri semakin enak,” ujar Umar Kayam.
Nasi goreng menghadirkan kisah-kisah menarik dari tangan-tangan terampil di dapur-dapur sendiri. Tak terlebih seorang Ibu yang memupus anggapan dunia kedokteran atau ilmu kimia. Sepiring nasi goreng Jawa asli buatan Ibu mengantarkan sejuta kisah dalam menarik. Seperti Mantan Presiden Amerika, Barack Obama berwisata kuliner saat menikmati nasi goreng dan mengatakan bahwa nasi goreng itu enak.