Di Jakarta Tidak Harus Ngopi

Dibaca normal 2 menit

“Ngopi dulu gih sana Kak”

“Nopi udah minum kopi?”

“Hem. Jarang ngopi kayaknya. Pantesan..”

Saya terdistraksi dengan kalimat-kalimat di atas. Tak tahu apakah kalimat itu berupa kekhawatiran, pertanyaan tendensius, atau mungkin satir yang ujungnya seringkali dikaitkan dengan kopi. Nah belakangan pernyataan ini juga masuk dalam model sarkasme baru setelah ramainya kasus pembunuhan yang terjadi pada satu kafe mal ternama di Jakarta akibat segelas kopi.

“Udahlah men, ngopi yuk di GI!” yang mungkin mereka pikir ini masih saja lucu.

Dahi saya pun berkerut ketika membalas pesan kelakar seseorang yang menyebutkan akibat tak ngopi saya jadi rentan dibully. Hem, saya memang termasuk pelanggan offsite kedai kopi karena nyaris tak pernah memesan kopi entah itu jenis arabika, robusta, dan segala macam golongan olahannya selama tempat tersebut masih menyediakan cokelat hangat, namun bukan berarti saya anti kopi. Saya hanya [sedikit] pilah-pilih soal kopi yang diminum setelah mempelajari teori dan praktik ilmu cupping session kopi-kopi di nusantara. Alih-alih memenangkan kopi lokal asal Sidikalang dan kopi Liong Bulan andalan bumi Pajajaran yang dimasak bersamaan dengan air mendidih sebagai juara di lidah, yang juga menjadi bekal wajib untuk mengisi trangia saat kemping.

Padahal di Jakarta tidak mesti ngopi, karena kita bisa njamu. Iya minum jamu ramuan Tanah Jawa asli di Jakarta tuh rasanya menyenangkan. Salah satu tempat favorit saya satu tahun terakhir untuk ngobrol santai hingga yang agak serius dengan kawan atau rekan kerja adalah di Waroeng Djamu Bukti Mentjos daerah Salemba. Karena saya mengimani kalau orang-orang Jakarta adalah tawanan kekacauan banyak sistem yang tak jarang membuat naik turun emosi. Emosi yang mencuat biasanya akan menghasilkan residu negatif kemudian membawa pengaruh pada kondisi kesehatan tubuh, jadi tak salah rasanya jika saya mengajak mereka ke depot jamu sejenak agar dapat memanjakan indera pengecap dan penciuman dengan berbagai rempah yang disajikan ke dalam 57 resep jamu untuk memelihara kesehatan dan obat dari macam-macam penyakit seperti wasir, batuk angin, disentri, tuju angin, sakit pinggang, dan masih banyak lagi khasiat dari jamu-jamu yang disajikan.

Jadi, siapa yang mau ikut minum jamu galian putri dengan saya sore ini?

*semoga postingan perdana pengalihan kopi di atas tidak membuat saya di-banned di blog ini #nyengir

pemainkata

Warga kota yang menolak dungu dan berharap tak tersesat.

Tinggalkan Balasan