Yang Lamat-lamat Menghilang

Dibaca normal 2 menit
1

Kramat dan Kwitang, 2 nama kampung tua di Jakarta ini terus bertahan dari deru geliat zaman.

Kampung Kramat yang merupakan pengembangan dari kampung tua Senen yang awalnya hanya sebidang pasar yang dibangun Justinus Vinck di tahun 1735 untuk memenuhi kebutuhan kota baru Weltervreeden di daerah Gambir dan sekitarnya sekarang.

Kampung Kwitang, kampung ini diperkirakan sudah ada dari abad 17. Toponim Kwitang dikatakan berasal dari nama seorang pendekar Tiongkok, Kwee Tiang Kiam, yang berkelana dan akhirnya menetap di daerah Kwitang sekarang ini. Ada cerita lain yang mengatakan Kwee Tang Kiam adalah seorang tuan tanah yang kaya raya. Saking luas tanahnya, orang orang menyebutnya kampung si Kwee Tang.

Kwitang dan Kramat adalah kumpulan kisah kisah tua; Jalan Kramat VII dengan kisah komunitas Ambon yang menetap bersama karena tersisih dari gegap gempita kemerdekaan tahun 1945, Majlis Taklim Kwitang yang dibangun tahun 1937-38 oleh Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi atau yang kerap disapa dengan panggilan Habib Ali Kwitang sampai sekarang tetap dikunjungi ribuan jemaahnya pada pengajian yang diadakan tiap Minggu pagi.

Perguruan Silat Mustika Kwitang yang beraliran Gie Siau Kwee Tang Kiam merupakan perguruan silat tertua di Jakarta. Aliran silat ini perpaduan dari aliran kuntao yang dibawa oleh Kwee Tiang Kiam dari Tiongkok dan silat Betawi sampai toko roti Maison Weiner yang pada awal dibuka bernama Goedang Kowe Weiner di tahun 1932 dan kedai Es Krim Baltik yang berdiri tahun 1939 menyajikan kuliner khas budaya Eropa menandakan kemajemukan kehidupan sosial di daerah ini.

Entah sampai kapan kisah kisah tua ini akan bertahan. Semoga tidak senasib dengan deretan lapak lapak buku bekas di Jalan Kramat Raya yang tidak kuat melawan tantangan zaman.

1 Comment

Tinggalkan Balasan