Tim yang tidak bertahan dengan baik tidak memiliki banyak peluang untuk menang. Ucapan pelatih Chelsea, Jose Maurinho ini dilontarkan dalam sebuah kesempatan. Ia menanggapi strategi “Parkir Bus” yang belakangan ramai dibicarakan pecinta sepak bola. Terakhir strategi ini diterapkan Mou saat menaklukkan Liverpool di Anfiled pada ajang Liga Inggris akhir pekan lalu.
Strategi “Parkir Bus” juga digunakan Carlo Anceloti ketika Real Madrid mengalahkan Bayern Munchen kemarin. “Parkir bus” merupakan gaya permainan ultra defensif yang diadopsi dari Catenaccio, salah satu strategi sepak bola kuno. Kesamaan kedua strategi ini adalah sama-sama fokus ke lini pertahanan. Catenaccio sendiri sudah kehilangan konteksnya semenjak peraturan offside diberlakukan di Piala Dunia 1990. “Parkir Bus” diperagakan sebuah tim dengan cara menumpuk pemain di area kotak penalti sendiri agar tidak kebobolan . 7 hingga 9 pemain biasanya bertahan di area kotak penalti, bahkan pemain yang seharusnya berposisi sebagai gelandang dan penyerang juga ikut bertahan layaknya “bis yang terparkir”.
Dalam permainan sepak bola, peluang itu ada di depan dan bukan di belakang gawang sendiri. Pemain harus maju dan menciptakan peluang mencetak gol sekreatif mungkin. Maka ia harus maju ke depan meneror pertahanan lawan. Dan sepak bola seharusnya menghibur. Adalah naif ketika sepak bola modern yang ditonton jutaan pasang mata masih mengusung strategi kuno. Catenaccio, parkir bus, atau apapun istilahnya adalah pola permainan tidak terpuji, haram jadah, dan tidak enak dinikmati. Saya berandai-andai strategi permainan ini sebaiknya difatwa haram oleh FIFA.
***
Waktu menunjuk angka sebelas siang, Syamsul Bahri baru saja selesai mengajar. Satu persatu anak didiknya mencium tangan Syamsul seraya pamit meninggalkan kelas. Sesekali Syamsul mengusap kepala mereka dengan pandangan kosong.
SDN Pantai Bahagia 04 merupakan salah satu sekolah dasar dari 23 SD yang ada di kecamatan Muaragembong, Bekasi. Sudah 7 tahun Samba, panggilan akrabnya, mengajar di sana. Sebagai tenaga honorer, Samba melakoni profesinya ini dengan suka duka. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar ini mendapatkan tunjangannya 3 bulan sekali dengan nominal yang masih jauh dari harapan. Jika mengajar libur, Samba bahkan menjalani profesi sebagai buruh tani.
Kendala lain, daerah tempatnya mengajar paling sering mengalami anomali musim akibat abrasi pantai dari Laut Jawa. Maka sudah lumrah saat ia sedang asyik mengajar, air laut tiba-tiba masuk ke dalam kelas. Dalam beberapa kesempatan, proses belajar mengajar harus dilanjutkan kalau tidak mau ketinggalan materi.
Tak tinggal diam, pria berusia dua puluh sembilan tahun ini kemudian bergerilya bersama beberapa komunitas yang terdiri dari anak-anak muda seperti Bekasi Green Attack. Usai pulang mengajar, ia memberi pemahaman kepada warga tentang pentingnya menjaga keselamatan lingkungan. Ia tidak bisa pasrah begitu saja dengan keadaan daerahnya. Samba pun menyuarakan perlawanan, menuntut perhatian pemerintah daerah dan pusat. Ia tidak melulu pasrah dengan keadaan. Terus bergerilya, Samba memberikan pencerahan. Dukungan dari warga lokal pun hadir.
Belakangan Samba mendapat titik terang soal profesinya. Namanya masuk ke dalam salah satu calon PNS di Bekasi. Begitu juga kampanye tentang daerahnya di Muaragembong yang mulai mendapat perhatian banyak kalangan. Bayangkan jika seorang Samba tidak bergerak maju. Ia hanya berdiam dan lebih fokus kepada pekerjaannya sebagai guru honorer. Lalu hanya berpangku kepada keajaiban yang akan mengubah segalanya.
Tapi ternyata tidak, Samba memilih menyerang dibanding bertahan ala Catenaccio. Ia harus merangsek ke depan. Ia ingin mencetak gol. Ada hal-hal yang ia perjuangkan untuk masa depan anak didik dan kampung halamannya.