Playmate

Dibaca normal 3 menit

Kita semua tentu punya kawan bermain, teman sepermainan, atau bahasa kerennya playmate. Saya pun demikian. Namun, kalau boleh saya tanya, sejauh apa sih tali sepermainan itu masih terjalin hingga kini?

Mungkin saya boleh sedikit berbangga, karena tali sepermainan saya di Taman Kanak-kanak masih terbungkus baik sampai sekarang. Yup, di usia yang tidak lagi muda, silaturahmi dengan teman sepermainan dari TK hingga SMA masih terjaga. Saya hanya bisa berucap alhamdulillah.

Percaya atau tidak, pertemanan yang erat meski terkadang timbul-tenggelam, saya rasa tak akan lekang oleh waktu. Sekali lagi, boleh percaya atau tidak, lho. Karena itu yang saya alami. Rumah boleh berpindah, hobi bisa berubah. Tapi tali “sepermainan” tidak kenal semua itu.

Did you remember?

Masa dimana kita mungkin dapat tertawa lepas, tanpa harus memikirkan kehidupan seperti apa yang akan kita jalankan ke depannya. Masa dimana pertemanan tanpa dibumbui perasaan khusus bisa berjalan selancar jalan bebas hambatan (ya, kecuali mungkin jalan bebas hambatan di Jakarta yang hampir selalu padat). Masa dimana penerimaan dalam keluarga teman-teman begitu mudah dan tanpa kecurigaan. Masa dimana kita bebas jajan sembarangan atau bolos sekolah beramai-ramai tanpa perlu pusing dengan efek yang ditimbulkan (ujung-ujungnya paling diomelin). Masa dimana kita begitu menantikan bermain hujan bersama dengan alasan ‘kan, sambil bersihin teras rumah, Bu’. Atau masa dimana kita bisa berjalan bersisian dengan segala kelebihan dan kekurangan kita tanpa perlu gengsi.

Did you miss that moments?

Me? Badly!

Tapi, roda itu selalu berputar. Kita memang tidak akan pernah kembali ke masa itu. But, hey, our childrens will have something like that someday.

Mereka akan menemukan dunianya. Mereka akan melebarkan sayapnya dan melangkahkan kakinya ke mana pun mereka mau. Mereka juga akan menemukan tali “sepermainan” dengan cara mereka sendiri.

Mungkin, mereka juga akan merasakan senangnya bermain hujan bersama, sedihnya diledekin, serunya bolos sekolah, deg-degannya jajan sembarangan, atau… asyiknya bermain pasir di depan rumah tetangga. Like us, they will find their own playmate.

Ngiri? Jadi pengen balik lagi ke masa itu? But, so sorry. You can’t. We can’t.

Ahhhh! Ya sudahlah ya. Biar nggak bisa balik lagi, tapi memori akan tetap tertanam dalam pikiran dan hati kita. Believe me, it will! Ditemani secangkir kopi Toraja kiriman seorang playmate dan lagu “Sahabat Sejati” dari Duta cs, angan saya pun berputar kembali ke masa-masa itu. Secercah senyum pun terbit, dibumbui dengan setitik air mata haru serta rindu. Perasaan hangat pun menyusup di hati mengganti kelelahan. My playmates, di mana pun kalian berada ingatlah bahwa kita pernah bersama dalam canda, tawa, dan duka. Berbahagialah bagi kita yang mengalami masa-masa itu.

We’ll never bring back the time, but memories could.

**

Depok, 16/09/16 00.15 wib

Tinggalkan Balasan