/

Kilas Balik Gudang Air Pasar Rebo

Dibaca normal 5 menit

Setiap tempat pasti memiliki sejarahnya masing-masing serta ada nilai kehidupan tiap tempat bersejarah

Gudang Air Pasar Rebo yang Terletak di Jl. Raya Bogor, Jakarta Timur. Kita ketahui, Gudang Air merupakan nama yang lebih dikenal oleh masyarakat untuk menyebut penampungan air  yang semula dibangun untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi Masyarakat Batavia.

Bangunan ini terletak di Jln.Raya Bogor KM 22, Kecamatan,Pasar Rebo,Jakarta Timur. Bangunan ini merupakan bangunan milik PDAM Jaya yang ijin penggunaanya saat ini dipegang oleh PT. Aetra Air Jakarta, Tbk. Dari angka tahun yang terletak dibagian atas teras bangunan ini diketahui bangunan ini mulai beroperasi pada tahun 1922.

Tampak depan Gudang Air Pasar Rebo yang berada di Jl.Raya Bogor KM 22, Jakarta Timur.

Melihat kokohya gedung tersebut, rupanya memiliki sejarah yang patut dipelajari terkait dengan krisis air bersih yang dialami oleh Batavia. Pada waktu itu kota Batavia bisa dibilang krisis air bersih. Sekalipun ada aliran sungai yang katanya bersih, namun sebenarnya tidak juga. Aliran air yang ada di kota batavia juga bisa dibilang kotor. Untuk mensiasati itu maka Belanda mencari cara agar bisa mendapat air bersih. Tidak tanggung-tanggung Belanda bukan mencari air bersih di Jakarta, tapi langsung ke kota Bogor. Sistem ini kemudian bernama Waterleiding dan dikenal dengan ‘air ledeng’ sebagai penyebutan secara sederhana.

KILAS BALIK GUDANG AIR PASAR REBO TERJADI.
Sejak terjadinya bencana letusan Gunung Salak tahun 1696 dan ditambah dengan kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat penebangan hutan besar-besaran guna pembukaan lahan perkebunan di sepanjang aliran sungai Ciliwung berpengaruh buruk bagi lingkungan disekitar Benteng Batavia.

Proses sedimentasi dan pendangkalan sungai membuat meluapnya kotoran. Air menjadi keruh dan berbau. Nyamuk dan lalat berkembang biak dengan subur di rawa-rawa yang tergenang.

Kondisi sungai yang tidak sehat bertolak belakang dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat yang masih mengandalkan sungai sebagai sumber air. Tentu saja bukan hal mudah merubah cara hidup yang sudah bertahan lama. Sejak dulu untu mmendapatkan air bersih masyarakat memang sudah bergantung pada aliran sungai ciliwung. Jika alirannya tercemar maka mereka mengambil air pada aliran ciliwung bagian atas atau bergeser ke arah selatan yang belum tercemar. Dari kawasan kota tua, bergeser ke daerah Jl. Gajah Mada sekarang, lalu saat sudah tercemar bergeser lagi ke arah Molenvliet dan terus bergeser ke selatan. Pemilihan daerah Weltevreden sebagai ibukota Hindia-Belanda yang baru juga tidak jauh dari aliran sungai Ciliwung .

Selain itu, banyaknya mayat yang ditemukan di muara kali-kali Batavia akibat tingginya tingkat kriminalitas dan masalah kekurangan air bersih, membuat Batavia dijangkiti wabah penyakit. Terutama kolera dan flu. (Susan Blackburn, 2013).

Kemudian pada 1918 hingga 1920 pemerintah Hindia Belanda membangun perpipaan dari Ciburial ke Batavia sepanjang 53,231 kilometer atau dikenal dengan sebutan Gementeestaat-Waterleidengen Van Batavia.

Pipa untuk menyalurkan air ke Batavia (Sumber: De Waterleiding Van Batavia)

Akan tetapi pasokan air bersih yang dialirkan ke rumah-rumah tidak diberikan secara gratis. Karena air tersebut diperoleh dengan sebuah mekanisme dimana terdapat pekerja dan juga sarana dan prasarana penunjang maka tentu saja ada biaya yang harus dikeluarkan untuk menikmati air bersih tersebut.

“..pada masa kolonial, kemampuan untuk mendapatkan air bersih merupakan sesuatu yang sulit bagi orang kebanyakan di Jakarta sejak dekade-dekade awal abad ke-20, biarpun pemerintah kolonial telah memiliki perusahaan air minum. Para orang kebanyakan yang tinggal di kampung-kampung tidak mampu membayar biaya instalasi yang sangat mahal yang dibebankan kepada konsumen”, (Abeyasekere, 1987: 122).

JALUR AIR BERSIH UNTUK BATAVIA

Melalui penelusuran data pipa yang muncul di permukaan, jalur yang ditempuh oleh pipa-pipa tersebut. Berasal dari Ciomas tempat sumber mata Air Ciburial, Bogor.

Site Plan Jalur Air Untuk Distribusi Air Bersih Ke Batavia
Site Plan Jalur Air Untuk Distribusi Air Bersih Ke Batavia (Foto: Dokumen Pribadi)

GUDANG AIR PASAR REBO HARI INI

Gudang Air Pasar Rebo saat ini, dipegang  sahamnya oleh PT. Aetra Air Jakarta  dengan kepemilikan sebesar 95% dan PT. Tamaris Prima Energi sebesar 5%. Berkantor pusat di Menara Satu Sentra Kelapa Gading, Lantai 2 Summarecon Kelapa Gading – Jakarta Utara, Aetra bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan, memelihara, serta melakukan investasi untuk mengoptimalkan, menambah dan meningkatkan pelayanan air bersih di wilayah operasional Aetra. Wilayah operasional Aetra adalah sebelah timur Sungai Ciliwung meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, sebagian wilayah Jakarta Pusat, dan seluruh wilayah Jakarta Timur.

Harun Al Rasyid

Guru Sejarah dan Pemerhati Budaya

Tinggalkan Balasan