Pak pung… Pak mustape…
Enci dula… Di rumahnye…
Ada tepung… Ada kelape…
Gula jawa… Di tengahnye…
Bersenandung sambil jalan ala Syahrini ternyata menyenangkan. Pasalnya, 3 kali bolak balik Tangerang – Duri – Tangerang – Duri – Tangerang lagi, baru akhirnya nungguin di Stasiun Duri. Oke, ini gak nyambung. Kali ini dalam rangka meramaikan 24 Hour Project, beberapa pasukan NgoJak ikut keluyuran melihat aktivitas apa saja selama 24 jam terakhir di kota Jakarta. Peralatan perang udah siap: 2 Hape, Power Bank, jas hujan, plastik lebar, kompor dan nesting. Seharusnya pagi ini pasukan sudah lengkap, tapi sayangnya masih ada yang masih nyungsep di kasur.
https://www.instagram.com/p/BSUnJPZj6Po/?taken-by=rupapublik
Rute awal ini kami cuma berempat dengan memulai perjalanan dari Stasiun Duri menuju Stasiun Rawa Buaya. Lamanya perjalanan gak sampai 17 menit.
Tujuan pertama adalah Pasar Sayur Rawa Buaya. Jam awalnya berubah dari yang biasanya jam 4 subuh menjadi jam 7 pagi. Kami mulai menjelajah sekitar pasar. Terlihat barisan pekerja yang sudah bergelut dengan bahan bangunan. Entah harus berapa banyak lagi gedung-gedung akan lahir. Semua-mua harus serba modern.
Kelaparan membuat kami mencari sarapan. Dan bubur ayam di bawah tol JORR arah Bandara Soetta jadi makanan sebelum bergerak ke Rusunawa Cengkareng Indah. Awalnya mau jalan kaki, tapi setelah dipikir-pikir lagi waktu kami gak akan tepat. Turun di mal Taman Palem, lantas kami jalan ke Rusunawa, tapi berhenti dulu buat setor postingan ke Instagram. Hehehe.
Dalam perjalanan inilah kami ketemu seorang survivor kehidupan. Kami bertemu dengan seorang pedagang kerupuk keliling yang ternyata tunanetra. Saat banyak orang waras dan lengkap jasmaninya memilih mengemis tanpa usaha, pedagang kerupuk itu mengajarkan usaha tanpa henti. Kami membeli beberapa kerupuk yang ia jajakan.
Di Rusunawa Cengkareng Indah, Mba Novita Anggraini mengambil alih posisi memimpin rute, sebab Rusunawa ini adalah salah satu wilayah kekuasaannya, -dalam hal profesi- Hahaha. Niat awalnya adalah kita mau metik mangga dan ngerujak di IPAL, tapi salah satu penanggung jawabnya, Pak Kodir, malah gak ada. Kami malah diajak ngeliat pengolahan air eek yang baunya ya begitulah, ya begitu deh.