/

Karena Kita Tidak Bisa “Ganti Server”

Dibaca normal 9 menit

Hari jumat selalu jadi hari yang menyenangkan buat saya, seperti puncak jam kerja yang panjang di kantor. Jadi momen yang melegakan, dengan catatan semua beres di hari itu. Kalau mesti berurusan dengan banyak hutang kerjaan besoknya, apalagi besoknya lagi juga, enggak akan menyenangkan. Kenapa? karena besok dan besoknya lagi itu weekend. Waktu paling pas untuk istirahat. Sebenarnya istirahat kita itu tidak terlalu banyak juga, karena pada dasarnya otak kita terus kerja, bahkan saat kita tidur.  

Saat tidur, otak kita tetap bekerja dengan mengatur semua metabolisme tubuh. Buktinya adalah kita membuang kalori sampai sekitar 600 kalori. Itu sepadan dengan kalori dari 3 mangkok mie ayam. Otak kita itu super pintar, bahkan pada saat kita sedang tidak ingin menggunakanpun dia tetap bekerja. Otak itu seperti server dari tubuh kita. Saat kita rehat dia men-defrag, men-disk clean up, memonitor tubuh kita. Itulah kenapa tidur yang cukup sangat baik buat tubuh kita, artinya kita kasih cukup waktu di server tubuh kita untuk recovery system tubuh. Bayangkan kalau kita baru tidur satu atau dua jam terus harus bangun lagi untuk beraktifitas. Itu sama saja seperti kita suruh orang untuk beres-beres dalam waktu singkat. Kalau tidak terlalu berantakan bisa saja selesai dengan cepat, tapi kalau ada kerusakan besar ya tidak mungkin akan beres. Banyak tertinggal kerusakan lainnya di sana-sini. Kalau itu berlangsung terus menerus akan semakin banyak sisa kerusakan sampai kita benar-benar punya waktu buat full recovery. Kalau tidak sempat-sempat ya sudah… DEVICE ERROR!

Analogi umum tapi unik, ya? Kita padankan mekanisme komputer dengan tubuh kita karena banyak kesamaan mekanisme. Karena komputer dibuat untuk bukan lagi membantu kita manusia, tapi juga untuk menyamai bahkan kita tahu sekarang sudah melebihi kemampuan manusia.

Itu teorinya dilihat dari sisi kesehatan tubuh. Nah, sekarang dari sisi lainnya. Di mana pembahasan di atas adalah kebanyakan kerjaannya otak kiri yang berkaitan dengan analisa logis, asumsi, dan fakta. Mari kita lihat dari perspektif berbeda di mana saya menyoal kebutuhan kinerja otak kita sebagai pusat semuanya berkaitan dengan pekerjaan kita.

Otak dan tubuh kita adalah asset penting sebagai pusat proses ide kita dan hubungannya dengan perlunya kita mengistirahatkan diri dari tuntutan kerja dan memberikan waktu untuk diri kita terbebas dari semuanya. Istilahnya bisa “Me Time”, “Family Time”, atau “Apapun Time” yang pastinya kita perlukan.

Saya masih percaya dengan apa yang saya pernah dapat dari bos saya, bahwa komposisi keseharian 24 jam yang ideal adalah 8+8+8. Yaitu 8 jam kerja, 8 jam main, dan 8 jam istirahat. Kebanyakan dari kita yang bekerja pasti punya jam kerja selama 8 jam. 8 jam itu harus dimaksimalkan untuk kerja karena kalau sampai waktunya di bawah itu jangan harap bisa maksimal hasilnya. Tapi 8 jam kerja itu mungkin saja tidak semuanya kerja keras kan? tidak seluruhnya kerja diluar, di lapangan, tidak seluruhnya juga di depan komputer. Lebih asyik lagi kalau kerjanya sesuai passion, bisa dipastikan kita punya waktu kerja selama 16 jam. Makin banyak waktunya berarti harusnya makin besar produktifitas dan hasil.

Kenapa 16 jam? karena kalau kerjanya asyik, bisa berarti kita kerja juga sambil main. Artinya 8 jam alokasi buat main, ya sebenarnya kita kerja juga. Tapi lain soal kalau yang memang dituntut kerja 8 jam fullΒ time. Nah, ini yang sangat perlu diperhatikan 16 jam sisanya. Apa yakin sisa 16 jamnya bisa buat main 8 jam dan istirahat 8 jam. Banyak sekali dari kita yang harus benar-benar kerja tanpa menikmatinya lebih dari 8 jam sehari. Sadar atau tidak kondisi seperti ini membuat “aus” kalau istilah permesinan. Sebenarnya justru kita akan jadi cenderung tidak produktif. Karena pada dasarnya tubuh dan otak kita dipompa untuk selalu maksimal sementara asupan tidak sepadan. Asupan adalah semua aspek yang dibutuhkan tubuh kita: makanan, nutrisi, faktor emosional/kesenangan, dan banyak lagi hal lain yang kita bisa rasakan menjadi booster diri kita. Seperti kebutuhan akan kesenangan, melakukan hal yang kita sukai, memberi waktu bersama orang yang kita sayangi, itu semua adalah asupan berharga untuk kita untuk tetap produktif, untuk tetap membuat “mesin” kita bekerja maksimal.

Menilik beberapa waktu belakangan, saya kerja cukup padat, hampir 30 hari full dalam sebulan. Ditambah lagi deadline pekerjaan sendiri yang membuat begadang seminggu terakhir. Akibatnya waktu untuk benar-benar rehat dari semua pekerjaan sangat minim. Bagusnya di satu sisi saya masih bisa jaga kondisi tubuh. Oke, badan tidak bermasalah, tapi bagaimana dengan kepala saya? Nah, ini masalahnya. Karena banyak tuntutan kerja itu sepertinya otak saya jengah. Kreatifitas menurun itu sudah jelas. Memaksakan ide, kreatifitas, imaginasi itu hal yang tidak mungkin. Yang kita bisa hanya memancingnya keluar. Salah satu caranya adalah dengan memberikan waktu rehat yang cukup. Bisa dengan melakukan hal yang kita suka, atau bersama orang yang kita sayang.

Faktanya, melakukan hal yang menyenangkan buat kita teorinya akan membuat tubuh kita mengeluarkan hormon endorphin yang akan membuat kita merasa gembira, releasing, dan santai. Kalau ini kontinyu bisa dipastikan otak kita tidak akan “kehabisan nafas”, tidak akan “ngap-ngapan”. Kebalikannya, kalau tidak ada waktu rehat pasti akan membuat keadaan yang menyulitkan. Pekerjaan mungkin selesai, karena tidak mungkin tidak karena ada deadline. Tapi perlu dilihat lagi, bagaimana dengan kualitas hasilnya?

Di era industrial begini memang semua dituntut bagus dan maksimal, secara kuantitas atau kualitas, tapi harus objektif, pekerjaan apalagi kerja kreatif sulit untuk ditempelkan timeline kalau ingin hasilnya maksimal. Lalu bagaimana memenuhi semua itu? Selain dengan manajemen waktu yang baik pastinya juga dengan manajemen tubuh dan pikiran kita yang baik. Karena tidak cuma waktu yang menentukan pekerjaan kita, kapasitas kita juga paling menentukan. Bagaimana cara memenuhi itu semua agar tetap stabil? caranya adalah dengan memberikan apa yang dibutuhkan tubuh kita, otak kita. Makan makanan yang sehat, menjaga kondisi tubuh, melakukan hal yang menyenangkan sebanyak mungkin, tapi tanpa melupakan kewajiban. Dan sesering mungkin menghabiskan waktu dengan orang yang kita sayang.

Sebenarnya banyak lagi cara buat kita stay creative, tapi itu nanti aja saya share di review salah satu buku yang saya baca beberapa waktu lalu.

Seperti filosofi Yin-Yang, semua di hidup kita memang butuh keseimbangan. Ada kalanya kita pushing to the limit, tapi jangan lupa juga waktu untuk re-charge. Kembali lagi ke analogi kita manusia dan komputer. Layaknya komputer kita, file-file yang tidak lagi perlu sebaiknya dibuang, jika masih diperlukan sewaktu-waktu bisa diarsipkan atau di-compress. Bisa juga dengan menambahkan hard disk baru. Jaga komputer kita dari masuknya virus yang akan merusak dan memutilasi kinerja, dan maintenance kinerja server yang tidak pernah berhenti itu. Update dengan teknologi terbaru supaya bisa semakin “kencang”. Atau pilihan lainnya hajar terus sampai rusak terus dibuang? Beli baru beres. Nah, itu komputer.

Bagaimana dengan kita? Apa bisa kita beli otak baru? Otak eksternal? Kalau bisa pasti kita bisa backup file kemudian copy ke otak baru? Server komputer jika sudah overload atau bahkan “membludak” bisa ganti dengan yang baru atau ditambah. Nah, kalau “server” kita, di mana bisa beli yang baru ?

Tinggalkan Balasan