Nebraska

Dibaca normal 5 menit

Berapa kilometer Anda pernah berjalan kaki tanpa arah dan tujuan seorang diri? Saya pernah mencicipinya dari Gelora Bung  Karno hingga depan gedung walikota Jakarta Selatan di sekitar Blok M sana. Juga pernah jalan kaki dari terminal Pondok Kopi hingga Perkampungan Industri Kecil di Penggilingan.  Keduanya dilakukan jelang matahari terbit dan terbenam.  Mulanya memang tanpa tujuan, tetapi dari situlah banyak hal yang saya temui hingga punya keinginan kuat untuk mendokumentasikannya suatu hari lewat tulisan maupun gambar-gambar.

Apa yang saya lakukan berbeda dengan seorang Woody Grant (Bruce Dern), pria berusia 70-an, yang mencoba jalan kaki dari Billings,  Montana, menuju Lincoln, Nebraska, yang jauhnya mencapai 900 miles. Ia sengaja melakukannya demi hadiah lotere bernilai satu juta dollar. Bukan tanpa alasan, keluarganya pasti akan melarang ia bepergian jauh karena faktor usia. Di sinilah segala konflik dimulai.  Keluarganya bahkan sempat merencanakan mengirim Woody ke panti jompo.

Adalah David Grant (Will Forte), anak kedua Woody yang akhirnya menemani pergi ke Nebraska. Tidak lain karena dua alasan, rasa cintanya kepada sang ayah dan niatnya menemukan solusi tentang pengalaman masa lalu kedua orangtuanya. Sang ayah terkenal seorang alkoholik, sementara sang ibu, Kate Grant (June Squibb), kerap punya lidah yang tajam, kotor, dan terkesan bengis.

Hubungan emosional Woody dan David begitu kentara sejak awal adegan ketika David menjenguk ayahnya itu di kantor polisi. Woody yakin kalau sebuah surat yang ia dapatkan adalah informasi yang benar tentang hokinya mendapatkan lotere. David sendiri tidak percaya dengan ucapan ayahnya seraya meyakinkan bahwa surat itu hanyalah bualan belaka. Begitu tiba di rumah segalanya mudah ditebak, Kate akan memuntahkan semua sumpah serapahnya dengan menyebut Woody sebagai manusia beridiot besar. Ini juga bisa dikatakan sebagai puncak kekesalannya merawat Woody bertahun-tahun.

Saya tidak begitu tahu banyak film-film Alexander Payne yang dengan cantiknya mengemas sinema ini ke dalam balutan warna hitam putih sepanjang laga. Tapi pesan yang ingin ia sampaikan cukup jelas. Woody dan David lantas singgah di Hawthorne, kota fiktif yang sudah masuk wilayah Nebraska. Mereka menginap di rumah saudara Kate yang punya karakter sama, kalau bicara tak punya rasa belas kasihan.

Di kota ini pula Woody lahir dan pernah menjadi pemuda yang disegani. Ia pernah membangun sebuah rumah tua hasil kerja kerasnya. Woody juga masih bisa bertemu dengan Ed Pegram (Stacy Keach) yang dalam ingatannya pernah mencuri sebuah kompresor udara ketika mereka pernah jadi rekanan bisnis.

Kecerdasan Payne dalam membangun struktur cerita ditunjukan kala menyisipkan cerita romantis, meskipun memilukan. Bahkan mungkin tidak begitu romantis karena adegan hanya menggambarkan sosok Pegy Nagy, seorang pemimpin redaksi harian lokal yang pernah menjalin hubungan asmara dengan Woody ketika remaja. Kontak terjadi karena kabar yang cepat menyebar tentang  Woody yang telah memenangkan lotere sejuta dollar dan layak jadi berita utama. Mereka sendiri hanya bertemu sekilas di akhir cerita.

Source: flip.it/nebraskamovie
Source: flip.it/nebraskamovie

Semua orang kemudian merasa bangga pernah berteman dengannya. Di sudut-sudut jalan ia kerap dielu-elukan siapa saja yang ia temui.  Sampai akhirnya cukup dimengerti mengapa film ini kemudian sengaja dibungkus dalam warna hitam putih. Pertama adalah ikatan masa lalu. Nebraska menghadirkan sosok yang telah kembali ke sebuah kota yang begitu sepi dan jauh dari hiruk pikuk, kecuali bar pinggiran jalan yang sebagian ramai dengan kaum tua yang kerap bernostalgia. David pun kerap dimanjakan dengan kisah masa kecil setiap bertemu teman dan saudara-saudara orangtuanya.

Karena ada hitam dan putih, tentu ada masa lalu dan masa depan. Nebraska bukanlah membahas tentang uang semata. Meski karakter David jarang bicara, namun setiap ekspresi melalui mimik wajahnya seakan mewakili apa-apa yang ia rasakan kala meladeni ayahnya yang keras kepala itu. Suatu hari David pernah bertanya ke Woody jika uang tersebut dimenangkan, apa yang akan ia lakukan. Woody selalu menjawab ingin membeli sebuah truk meskipun harus diakui bahwa ia tak mahir berkendara. Lantas jika truk sudah terbeli, apa yang akan dilakukannya dengan uang tersebut? Woody kemudian menjawab, “Untuk kalian semua. Aku ingin meninggalkan sesuatu (sebelum mati).”

Sebuah film yang bagus dengan cerita sederhana, tokoh berkarakter, visual kota kecil yang begitu memanjakan mata, kaya dengan balutan humor segar, dan tentu saja pesan yang begitu kuat tentang kecintaan pada keluarga. Uang boleh lenyap, pekerjaan dan jabatan boleh hilang, tapi keluarga.. oh, itu mutiara paling berharga dalam hidup.

Ali Zaenal

Penafsir ruang dan waktu.

Tinggalkan Balasan